Minggu, 18 Desember 2011

Thank You


Aku belum tidur sampai sekitar jam 12 malam. Entah apa yang merasukiku. Lagu sendu kudengarkan. Kata xxx, bila orang suka mendengarkan lagu seperti ini dia sedang feeling blue. Entahlah.

Aku tak mengerti tentang cinta. Sudah lama aku yakin aku  tak akan jatuh cinta. Bukan karena trauma. Karena cinta adalah pilihan. Kau bebas mencintai siapapun yang kau ingin. Masalahnya adalah bagaimana caranya mencintai dengan alasan dan cara apa kau lakukan. Tak penting siapa yang kau cinta, yang jadi pertanyaan adalah mengapa dan bagaimana kau mencintainya.

Andaikan kau ada di depanku, aku pun bingung akan bilang apa. Karena aku tak pernah berpikir bahwa akan mudah mendapatkanmu. Kurasa posisiku sekarang ibarat serdadu yang baru pulang dari peperangan dan menemukan kampung halamanku telah berubah total. Dan aku pun kesulitan mengenali orang-orang terdekatku. Yang paling sulit adalah mereka pun tak mengenaliku. Padahal aku adalah anak mereka, saudara mereka, kakak mereka, tetangga mereka yang telah lama pergi berperang. Tentu saja kini aku telah berubah. Sekarang aku adalah seorang serdadu yang punya tugas berat, dihantui resiko kematian, tak pernah yakin apakah bulan depan masih tetap hidup-namun aku tetap anak kecil yang dulu mereka kenal. Aku tetap kasih sayang itu. Bukankah peluru yang dahulu aku hindari, musuh yang kubunuh demi mempertahankan nyawaku adalah demi pertemuan ini? Pertemuan dengan orang yang menyayangiku dan selalu ada hatiku.

Hidup mungkin adalah tentang dengan siapa kita akan menikah ? Hidup mungkin adalah tentang seperti apa kita akan menjalani hari-hari kita esok pagi ? Hidup mungkin tentang kenyamanan bergaul dengan orang-orang yang telah lama kita kenal dan tak akan menuntut kita berubah sedikitpun. Hidup mungkin tentang apa yang kita rasakan semata. Titik. Bila menyenangkan jalani, bila menyusahkan tinggalkan.

Maafkan, kadang aku merasa hidup bukan sekadar tentang dengan siapa kita akan menikah. Bukan juga tentang bagaimana besok pagi kita menjalani hari, apakah dengan model rambut cepak atau gondrong, bukan juga tentang apakah kita akan terus bercelana jin atau celana kain. Hidup bukan juga sekadar tentang penghormatan orang disekitar kita, pujian dan sanjungan. Hidup bukan pula tentang rasa nyaman di hati kita pribadi.

Aku selalu teringat orang yang terus berjuang seharian hanya demi uang 4000 perak. Padahal hidupnya tak cukup ditutupi dengan 4000 perak. Namun dia terus bekerja keras. Meski harus narik becak. 24 jam menunggu dan hanya dapat satu penumpang. Mengapa ia melakukannya ? Aku selalu heran dengan orang yang bertahan dalam posisi berlawanan dengan ortu, hanya karena mempertahankan calon suami pilihannya sendiri. Walau harus menanggung siksaan, badan kurus dan hati yang terus terkoyak. Mengapa ia melakukannya ? Apa yang ia cari ? Aku tak mengerti mengapa sahabatku terus memakai kaos kaki, padahal kakinya sakit (luka/infeksi). Hanya untuk mempertahankan agar aurat tak kelihatan. Mengapa kalian semua begitu kukuh mempertahankannya ? Apa yang kalian cari ?

Aku hanya bertanya. Aku hanya belajar. Semoga jawabannya tak tuntas agar aku tak berhenti belajar.
Kau pasti sudah tidur sekarang.

Aku tak tahu akan menjadi apa akhir kisah kita. Biarkan semua mengalir dan waktu akan menjawab mengapa aku selalu menunggu. Dahulu aku berharap kau ada di depanku dan akan kujelaskan semua mengapa dulu ku meninggalkanmu.

Cinta mungkin tak terlalu kuat menyatukan perbedaan yang ada. Cinta mungkin terlalu menyesakkan untuk membuat nyaman perbedaan yang selalu muncul. Cinta mungkin hanya sekadar pemanis bibir dimana kenyamanan pribadi dan omongan orang bisa mengalahkannya. Cinta mungkin hanya sekadar hiasan di novel dan film-film dimana dia harus diusir dari kehidupan nyata, karena kehidupan nyata hanya membutuhkan barang-barang dan kenyamanan badani bukan ketulusan hati dan kasih sayang. Cinta mungkin hanya fantasi di saat remaja dan harus dihilangkan ketika dewasa, karena orang dewasa hanya membutuhkan pekerjaan, uang, status, rumah, makan dan minum-tak lebih. Cinta adalah hayalan di kepala, karena ia tak mampu menyatukan apapun.

Maaf, kadang aku seperti wanita. Terlalu mendramatisir. Kadang terlalu rasional, sehingga ada beberapa hati yang harus menanggung akibatnya.

-3 bulan terakhir tahun 2008-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More