Revolusi Amerika melawan Inggris (1775-1783) adalah perang modern pertama melawan kekuatan kolonial. Namun, terlepas dari beberapa tulisan politik yang bagus, sangat sedikit ada karya yang menonjol selama atau sesaat setelah revolusi. Selain itu, Inggris selalu memberikan kecaman terhadap buku-buku Amerika. Orang Amerika sendiri sadar bahwa pola penulisan mereka sangat bergantung pada pola kesusasteraan Inggris.
Hingga tahun 1825, kebanyakan penulis Amerika membayar sendiri biaya percetakan untuk menerbitkan karya mereka. Jelas hanya mereka dari golongan berada saja macam Washington Irving dan kelompok New York Knickbocker, atau kumpulan penyair Connecticut yang dikenal sebagai The Harford Wits yang mampu membiayai hobi menulis mereka. Pengecualian adalah Benjamin Franklin, yang berasal dari keluarga miskin namun mampu menerbitkan karyanya karena ia punya percetakan sendiri.
Ketiadaan Undang-Undang hak cipta yang layak adalah penyebab lain kemacetan dunia sastra. Para pemilik percetakan yang dengan leluasa membajak buku-buku laris dari Inggris tentu saja bergerak untuk membayar penulis Amerika yang belum ketahuan kualitasnya. Ada banyak contoh pembajakan yang terkenal. Matthew Carey, seorang penerbit terkemuka, membayar seorang agen di London – semacam mata-mata sastra – untuk mengirimkan lembaran-lembaran halaman, atau contoh cetakan yang belum jadi ke dirinya dengan kapal cepat yang bisa tiba di Amerika dalam waktu satu bulan. Buku-buku bajakan dari Inggris ini dapat dicetak ulang dalam waktu sehari dan sudah bisa dibeli di toko-toko buku Amerika hampir bersamaan dengan di Inggris.
Ironisnya, UU hak cipta tahun 1790, yang memboleh pembajakan, dibuat dengan niat nasionalisme. Disusun oleh Noah Webster, pakar perkamusan yang kemudian menyusun kamus Amerika, UU ini hanya melindungi para penulis Amerika. Para penulis Inggris dianggap bisa menjaga diri sendiri.
Walaupun cacat, para penerbit menolak bila UU tersebut diganti karena memang menguntungkan mereka. Pembajakan membuat generasi pertama penulis revolusioner Amerika kelaparan; makanya tidak mengejutkan bila generasi sesudahnya jarang berproduksi. Titik puncak pembajakan, tahun 1815, adalah titik terendah penulisan asli Amerika. Walau begitu, menjamurnua buku bajakan asing dan klasik selama 50 tahun pertama kemerdekaan mendidik masyarakat Amerika, termasuk kelompok pertama penulis besar, yang mulai muncul sekitar tahun 1825.
Benjamin Franklin (1706 – 1790)
Benjamin Franklin, yang oleh filsuf Skotlandia David Hume disebut sebagai “sastrawan besar pertama”, adalah perwujudan ideologi rasionalitas manusia ala gerakan pencerahan. Praktis namun idealistis, tekun dan sangat sukses. Franklin merekam masa-masa awal kehidupannya di bukunya yang terkenal Autobiography.
Franklin adalah imigran generasi kedua. Ayahnya seorang pembuat lilin Puritan yang datang ke Boston, Massachusetts, dari Inggris pada tahun 1683. dalam banyak hal, dampak Pencerahan terpancar dalam kehidupan Franklin yang berbakat itu. Ia otodidak namun melahap tulisan-tulisan John Locke, Lord Shaftesbury, Joseph Addison, dan para penulisan Pencerahan lainnya. Ia belajar dari mereka untuk menemukan tujuan hidupnya dan untuk melepas tradisi – terutama tradisi kuno kaum Puritan – yang dianggap mencekik ideologinya.
Dari awal Franklin tahu menulis adalah cara terbaik menuangkan buah pikiran. Oleh sebab itu ia terus mengasah gaya penulisan prosanya yang luwes, bukan sebagai tujuan melainkan sebagai alat. “Menulis sebaik mungkin, bicara sefasih mungkin,” ujarnya. Ia mengikuti saran Royal Society di tahun 1667 yang menganjurkan untuk menggunakan “gaya bicara yang akrab, terbuka dan wajar; ekspresi positif, perasaan yang jelas, serta ketenangan, membuat semuanya sejelas perhitungan matematika.”
Karyanya Poor Richard’s Almanack, mulai diterbitkan tahun 1732 dan terus diterbitkan tahun-tahun berikutnya sehingga membuat Franklin makmur dan termasyhur di seluruh penjuru koloni. Di buku tahunan ini ia menuliskan dorongan, nasihat, dan informasi aktual yang berguna buat pembaca. Dimunculkan pula tokoh-tokoh menarik macam Bapa Abraham dan Poor Richard untuk mengucapkan kata-kata bijak. Dalam “The Way To Wealth”, yang aslinya muncul di Almanack, Bapa Abraham, “orang tua rapi berambut putih”, menasehati Poor Richard. “Tuhan menolong mereka yang menolong diri sendiri.” “Tidur lebih cepat dan bangun lebih dini membuat orang jadi sehat, kaya dan bijak.”
Washington Irving (1789 – 1859)
Bungsu 11 bersaudara yang datang dari keluarga mapan New York, Washington Irving menjadi duta kebudayaan dan diplomasi untuk Eropa, seperti halnya Benjamin Franklin dan Nathaniel Hawthorne. Walaupun berbakat, ia tidak menjadikan penulis sebagai profesi karena memang uang yang dihasilkan dari bidang itu sedikit. Namun, serangkaian insiden akhirnya membuat ia berubah pikiran. Lewat teman-temannya, ia menerbitkan Sketch Book (1819-1820) secara bersamaan di Inggris dan Amerika dan mendapat hak cipta serta bayaran di kedua negara.
Sketch Book of Geoffrye Crayon (nama samaran Irving) memuat dua ceritanya yang paling terkenal, “Rip Van Winkle” dan “The Legend of Sleepy Hollow”. Kata ‘sketch’ (sketsa) mewakili gaya Irving yang halus, elegan, namun tetap santai, dan crayon (krayon) sebagai perumpamaan kemampuan dirinya sebagai colorist atau pencipta suasana penuh nuansa dan efek emosional yang kaya. Dalam Sktech Book, Irving mengubah Pegunungan Catskill dekat Sungai Hudson, sebelah utara New York, menjadi tempat yang indah dan magis.
Tak ada penulis lain bisa sesukses Irving dalam memanusiakan negeri itu, mencantumkan nama, wajah, dan sejumlah legenda di dalamnya. Cerita “Rip Van Winkle”, yang tidur selama 20 tahun dan ketika bangun mendapatkan negerinya sudah merdeka, akhirnya menjadi cerita rakyat. Cerita ini sudah diadaptasi menjadi sandiwara panggung, cerita mulut ke mulut, dan perlahan diterima sebagai legenda otentik Amerika beberapa generasi kemudian.
Sejumlah karyanya karyanya bisa dianggap sebagai usaha tulusnya untuk membangun jiwa negeri baru itu dengan menciptakan sejarah dan memberinya kehidupan yang imajinatif. Sebagai subjek, ia memilih aspek-aspek paling dramatis dalam sejarah Amerika: penemuan Dunia Baru, presiden dan pahlawan nasional pertama, serta eksplorasi ke barat. Karya pertamanya, History of New York (1809), adalah satir yang ia tulis memakai nama samaran Diedrich Knickerbocker (itu sebabnya teman-teman Irving sesama penulis di New York dikenal dengan sebutan “knickerbocker school”)
James Fenimore Cooper (1789-1851)
James Fenimore Cooper adalah putra dari seorang quaker. Ia besar di kediaman ayahnya di Otsego Lake (kini Cooperstown) di pusat negara bagian New York. Walaupun pada masa kecil Cooper wilayah ini relatif tenang, sebenarnya di sini pernah terjadi pembantaian oleh kaum Indian. Cooper muda tumbuh di lingkungan feodal. Ayahnya, Hakim Cooper, adalah tuan tanah dan pemimpin. Waktu kecil Cooper menyaksikan interaksi para penjelajah dengan Indian di Otsego lake. Orang kulit putih nantinya merebut tanah keluarganya di situ.
Salah satu ciri tulisan Cooper yang membedakan dirinya dengan penulis lain adalah adanya mitos kuat era keemasan dan kuatnya rasa kepedihan akan hilangnya era tersebut. Berbeda dengan Irving yang mencari legenda, kastil dan tema besar ke Eropa, maka Cooper tetap teguh pada esensi mitos Amerika; bahwa ia abadi, seperti halnya alam liar. Perputaran alam hanya terlihat saat terjadinya pembinasaan alam; alam liar lenyap di depan mata orang Amerika, hilang begitu saja seperti fatamorgana. Inilah visi dasar Cooper yang tragis tentang pemusnahan alam liar, surga baru yang menarik minat kaum koloni untuk datang.
Natty Bumppo, tokoh rekaan Cooper yang terkenal, mewakili visinya tentang penjelajah tapal batas (frontiersman) sebagai pria sejati, “bangsawan alami” ala Jefferson. Pada awal tahun 1823, di The Pioneers, Cooper sudah mulai menemukan karakter Bumppo. Tokoh Natty sendiri diambil dari tokoh nyata pionir Amerika Daniel Boone, yang juga seorang Quaker seperti Cooper. Natty adalah penjelajah tenar pertama dalam sastra Amerika dan sesepuh dari ribuan tokoh pahlawan koboy. Ia adalah sosok ideal yang lebih baik derajatnya dari masyarakat yang ia lindungi. Miskin dan menyendiri, namun suci, ia menjadi ukuran bagi nilai-nilai etika dan cikal bakal dari tokoh Billy Budd (ciptaan Herman Melville) dan Huck Finn (Mark Twain).
Benang merah dari kelima novel yang secara kolektif dikenal sebagai Leather-Stocking Tales adalah kehidupan Natty Bumppo. Kelima karya terbaik Cooper ini adalah epik prosa dengan benua Amerika Utara sebagai lokasi, suku-suku Indian sebagai tokoh, dan perang besar serta imigrasi ke barat sebagai latar belakang sosial. Novel-novel ini mengangkat kehidupan para penjelajah tapal batas Amerika dari tahun 1740 hingga 1804.
Phillis Wheatley (1753 – 1784)
Mengingat kondisi kehidupan di Amerika sangat sulit pada tahun-tahun awal, sungguh ironis bahwa beberapa puisi terbaik yang lahir di era itu ditulis oleh seorang budak wanita yang luar biasa. Phillis Wheatley adalh penulis terkemuka Afro-Amerika pertama. Ia lahir di Afrika dan dibawa ke Boston, Massachusets, ketika ia masih berumur 7 tahun. Ia dibeli oleh seorang penjahit saleh dan kaya bernama John Wheatley untuk menemani istrinya. Keluarga Wheatley menyadari kecerdasan Phillis, dan dengan bantuan Mary, putri John, ia kemudian belajar membaca dan menulis.
Tema puisi Wheatley adalah agama, dan ia memakai gaya penulisan yang sama dengan Philip Freneau, yaitu neoklasik. Beberapa puisi terkenalnya antara lain “To S.M., a Young African Painter, on Seeing His Works,” puisi yang berisi pujian dan dukungan semangat terhadap salah seorang kulit berbakat lainnya, dan sebuah puisi pendek yang menunjukkan kekuataan sensitifitas keagamaannya yang tersaring melalui pengalamannya sebagai seorang yang masuk Kristen. Puisi ini membuat beberapa pengamat kontemporer merasa tak nyaman – bagi yang berkulit putih karena merasa puisi ini konvensional , sedang bagi yang berkulit hitam karena puisi ini tidak meneriakkan protes terhadap perbudakan. Namun karya ini merupakan ekspresi jujur yang menentang rasisme kaum kulit putih dan menyuarakan persamaan hak spiritual.
Penulis wanita lain; Susanna Rawson, Hannah Foster, Judith Sargent, Mercy Otis Warren dan Abigail Adams.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar